Berapa Harga Dari Waktu?

Hari minggu yang lalu, saya dihadapkan pada sebuah dilema: apakah saya bersedia untuk membayar hampir 1.5 juta, untuk memperpanjang liburan dengan keluarga selama 4 jam?

Supaya lebih ada pembanding, uang 1.5 juta tersebut cukup untuk membayar sewa mobil kami selama 8 hari liburan, dengan masih ada lebih. Atau, hampir cukup untuk biaya hotel kami selama 2 malam. Lalu, uang yg sama hanya untuk menambah waktu liburan selama 4 jam! Apakah tambahan waktu 4 jam tersebut sebanding dengan uang yang harus dibayarkan, hampir 400 ribu per jam untuk 3 orang?

Setelah berpikir dan berdiskusi sepanjang hari minggu, ditemani bergelas-gelas kopi, saya memtuskan untuk memperpanjang liburan. Hari Senen sore, selepas pulang kantor, saya langsung menuju kantor airlines untuk membayar uang untuk mengubah jadwal penerbangan kami sekeluarga. Aneh juga rasanya, di tahun 2018 ini, masih ada airlines yang memerlukan penumpang untuk datang ke kantor tiketing untuk membayar sisa pembayaran akibat perubahan jadwal penerbangan. Tapi ya sudahlah.

Setelah mengambil nomor, sambil menunggu giliran, saya masih gamang, dan mempertimbangkan untuk kembali ke jadwal semula. Hemat 1.5 juta, dan memiliki waktu yang lebih singkat 4 jam dalam liburan kami. Ketika giliran saya tiba, dengan setengah hati saya menyerahkan kartu kredit, memeriksa jadwal penerbangan yang baru, dan memasukkannya ke dalam tas. “Sudah selesai, terima kasih”, kasir yang menerima pembayaran saya menutup transaksi.

Lalu saya pun berjalan pelan ke kendaraan yang akan membawa saya pulang. Sempat ada sedikit penyesalan. Mungkin, uang 1.5 juta tersebut sebaiknya disimpan saja untuk kebutuhan lainnya, atau untuk membeli barang lainnya. Saya naik ke kendaraan, dan menyalakan radio, untuk mendengarkan situasi lalu lintas. Tapi rasanya ada yang aneh dari radio hari ini. Radio yang biasanya berisik oleh suara percakapan dan candaan, malam ini terasa sepi.

Tidak lama kemudian saya menemukan jawabannya. Seorang supir taksi ditemukan sedang sekarat di pinggir jalan tol, didalam taksinya. Dugaan saya, mungkin terkena serangan jantung. Ambulance tiba terlambat, dan akhirnya supir taksi yang malang tersebut meninggal dunia. Di kantongnya tidak ditemukan identitas apapun. Hanya papan identifikasi supir dari perusahaan taksi yang menjadi identitas sebagai referensi petugas. Pasukan Palang Hitam yang bertugas mengurus jenazah tak dikenal segera tiba, dan membawa jenazah supir taksi tersebut ke rumah sakit.

Di pagi hari, ketika supir taksi tesebut pamit kepada keluarga untuk bekerja dan mencari uang, mungkin tidak ada yang menyangka kalau dia pamit untuk pergi selama-lamanya. Lalu, kalau kita masih bisa bertanya pada supir taksi tersebut, berapa banyak uang yang dia bersedia bayar untuk bisa memiliki tambahan waktu 4 jam bersama keluarganya? Saya rasa supir taksi tersebut akan rela membayar uang 1.5 juta, untuk tambahan waktu 4 jam. Atau bahkan 1 jam.

My thought and prayer for the unfortunate taxi drive. Dan dalam sekejap keraguan dan penyesalan dari memperpanjang liburan pun hilang.

Aron Visuals