If It Is Mean’t To Be, It Will Be

Peribahasa di atas rasanya sudah sering kita dengar. If it is mean’t to be, it will be, yang artinya kalau diterjemahkan ke Bahasa Indonesia adalah, kalau sudah takdir, pasti kejadian. Takdir tak bisa ditolak. Peribahasa ini mendadak terngiang-ngiang di pikiran saya ketika belakangan ini sedang memberikan segenap usaha dan energi untuk mendapatkan sesuatu yang sangat saya inginkan.

Ketika sedang mengusahakan sesuatu yang sangat kita inginkan, apalagi hingga memberikan segenap waktu dan energi, seringkali kita kepikiran. “Apakah memang ini sudah usaha maksimum kita?” “Masih ada apa lagi yang belum kita kerjakan untuk membuat mimpi kita menjadi kenyataan?” Pikiran-pikiran tersebut beberapa kali terlintas di benak saya. Somehow peribahasa di atas membantu untuk sedikit memberikan ketenangan. If it is mean’t to be, it will be.

Tapi, kemudian terlintas pikiran selanjutnya di benak saya. Lah, kalau memang sudah takdir, dan pasti kejadian, berarti kita gak usah usaha dong? Cukup ongkang-ongkang kaki saja. Toh kalau sudah takdir pasti kejadian juga?

Saya orang yang percaya kalau takdir itu masih bisa diubah dengan usaha yang terbaik. Takdir yang buruk, seperti penyakit, masih bisa diubah dengan gaya hidup yang lebih sehat. Sementara takdir yang baik, seperti rejeki, juga tidak akan datang apabila kita tidak memberikan usaha yang terbaik. Jadi, saya percaya usaha yang terbaik itu tetap diperlukan, meskipun itu sudah takdir.

Trus, kalau sudah memberikan usaha yang terbaik tapi masih tidak kejadian juga? Ya itulah namanya belum takdirnya. Atau mungkin, belum waktu yang tepat. Kalau sudah takdir dan sudah memberikan usaha yang terbaik, hal yang baik pasti akan terjadi pada waktunya.