11 Hours Liquid Diet Trial

Jadi hari ini, saya berencana untuk mencoba puasa 24 jam, dengan hanya minum air putih (dan kopi). Sesuai rekomendasi untuk para pemula, saya memulai puasa mulai dari setelah sarapan pagi, sehingga ketika puncak kelaparan, saya sudah tertidur, dan bangun saat sarapan, menjelang buka puasa.

Pagi hari sebelum mulai puasa, saya lari pagi, lalu sarapan seperti biasa. Tapi sepertinya hasil lari pagi membaut metabolisme terlalu aktif, sehingga dari rencana puasa air putih, saya mengganti menjadi puasa cairan. Intinya, tetap tidak mengkonsumsi makanan padat. Sebagai gantinya, saat makan siang saya memesan jus alpukat, tanpa gula dan susu kental manis.

Dan ternyata, jus alpukat masih tidak cukup untuk mengejar metabolisme setelah lari pagi. Sekitar jam 6 malam, 11 jam setelah selesai sarapan di pagi hari, akhirnya saya memesan sepiring nasi goreng dan siomay untuk makan malam.

Ujung-ujungnya puasa air putih dan puasa cairan gagal. Tetapi, dalam 11 jam puasa tersebut, cukup banyak hal yang bisa di-observasi, baik selama puasa maupun beberapa jam setelah buka puasa.

Observasi Selama Puasa

Beberapa jam semenjak sarapan pagi berlalu dengan normal, hingga menjelang makan siang. Saya bahkan sempat menemani seorang teman makan siang sambil menikmati secangkir kopi. Tapi, karena merasa cukup lapar dan gula darah menurun, saya memutuskan untuk mengganti puasa air putih dengan puasa cairan. Sekitar jam 1, 6 jam setelah makan terakhir, saya memesan secangkir latte dan segelas jus alpukat tanpa gula dan susu.

Latte dan jus alpukat cukup untuk memberikan energi selama saya di kantor. Observasi saya adalah emosi yang lebih stabil, karena mungkin tubuh sedang melakukan konservasi energi. Dari sisi konsentrasi tidak ada yang berubah.

Observasi Setelah Puasa

Sekitar jam 6, setelah 11 jam puasa cairan, saya memutuskan untuk buka puasa dengan memesan sepiring nasi goreng dan siomay. Alasannya bukan karena lapar, tapi lebih karena saya membutuhkan tempat diskusi diluar kantor, dan tempat yang paling dekat adalah di kantin kantor. Jumlah makanan memang cukup banyak untuk makan malam. Tapi ya, saya lapar.

Beberapa jam setelah buka puasa, setelah tiba di rumah, alergi saya kembali muncul. Jadi, saya memiliki kecenderungan untuk gatal-gatal apabila berada dalam kondisi stress. Selama puasa di kantor, dan dalam beban pekerjaan, kecenderungan tersebut tidak muncul.

Lalu apa selanjutnya? Saya masih berencana untuk mencoba puasa air putih, mungkin setiap Senin, dan apabila memungkinkan puasa lebih dari 24 jam. Konon, menurut beberapa penelitian, puasa air putih bisa meningkatkan kekebalan tubuh dan mengurangi inflamasi. Seperti yang sudah saya buktikan, selama puasa air putih kecenderungan gatal-gatal saya tidak muncul.

Tentu saja efek dari puasa air putih untuk saya masih harus dipelajari dan dibuktikan dengan puasa air putih 24 jam. Target saya adalah apabila bisa puasa dengan minum air putih dalam waktu 48 jam, atau mungkin 72 jam. Hasilnya akan saya tuliskan di artikel selanjutnya.