Slow Down

Di tahun 2004, saya dan 8 orang teman melakukan scuba diving sambil berkeliling Bali. Kami menggunakan 2 mobil. Mobil pertama diisi 5 orang yang terdiri dari 2 pria dan 3 wanita. Mobil kedua, dimana saya berada, diisi oleh 4 orang pria.

Saat berkendara, sudah bisa diduga mobil mana yang melaju lebih cepat, mana yang lebih lambat. Selain berisi lebih sedikit orang, semua penumpang di mobil kedua juga ikut menyoraki supir ketika kita berhasil melewati mobil yang berjalan pelan. RPM dan kecepatan mobil selalu tinggi, dan beberapa kali rem dilakukan dengan cukup keras. We were all young, and had too much testosterone.

Setelah 2 jam berkendara, kami sampai di hotel tempat kami akan bermalam. Kami semua turun, duduk di warung terdekat, dan memesan kopi sambil berpikir bahwa kami punya waktu sekitar 30 menit sebelum mobil yang lainnya sampai. Kopi kami masih terlalu panas untuk diminum ketika mobil yang satunya datang. Dan kami lebih terkejut ketika melihat jam. Mereka tiba hanya selisih 5 menit dari waktu kami tiba.

Jadi semua kebut-kebutan yang nyerempet bahaya, menghabiskan bensin yang lebih banyak, dan membuat rem menjadi lebih cepat habis hanya mempercepat 5 menit dari 2 jam. Hanya 4%.

Mungkin hal yang sama juga terjadi di kehidupan. Segala macam ketergesa-gesaan, buru-buru, berusaha melakukan banyak hal dalam waktu sesingkat-singkatnya, mungkin hanya meningkatkan hasil pekerjaan kita sebanyak 4%. Ketika melakukan pekerjaan dengan tergesa-gesa, kita melakukan lebih banyak kesalahan, lebih banyak melewatkan hal-hal kecil, sehingga akhirnya kita perlu memperbaiki apa yang sudah kita kerjakan.

Sementara, untuk mencapai peningkatan 4%, kita menambah stress, mengorbankan kesehatan, keluarga, dan waktu istirahat.

Mungkin, dengan sedikit melambat, melakukan pekerjaan dengan lebih hati-hati, dan tidak memaksakan diri untuk menerima komitmen terlalu banyak, kita masih bisa cukup produktif. Dengan meminta bantuan, atau mengatakan tidak, kita bisa lebih menikmati pekerjaan, ketimbang menjadi rutinitas pagi hingga petang.

Bahkan mungin, seperti yang ditulis Derek Sivers,dengan hanya mengeluarkan 50% effort, kita bisa tetap produktif, tetapi dengan stress yang jauh lebih berkurang.

Apakah ini sesuatu yang patut dicoba di tahun 2018?

Slow down.......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.