Stress, The Benefit, and The Danger

Bulan September akan segera berakhir. Untuk menutup bulan September ini, saya ingin mengingat apa yang terjadi di awal bulan ini, ketika saya berada di puncak stress karena berada di dalam 3 komitment yang semuanya penting. Lebih spesifik, topik tulisan ini adalah tentang stress.

Stress adalah sebuah kondisi dimana kita berada dalam tekanan, baik untuk menyelesaikan sebuah komitmen, membuat keputusan, atau ketika keselamatan kita terancam. Jadi untuk badan kita kondisinya hampir sama, apakah kita sedang terancam, atau kita stress karena hal-hal lain.

Stress dalam kadar secukupnya sebenarnya sangat menguntungkan. Di kala kita sedang terancam, stress memicu hormon yang membuat kita menjadi super human, bisa berlari lebih kencang ketika dikejar anjing, atau bisa mengangkat barang yang lebih berat. Demikian juga dalam olah raga dan kebugaran. Setiap latihan akan menimbulkan stress yang mengakibatkan kerusakan sel-sel otot. Setelah olah raga, sel-sel ini akan dibuat kembali dan menjadi lebih kuat.

Bagaimana dalam dunia pekerjaan? Berdasarkan pengalaman, efeknya hampir sama dengan stress di olah raga. Beberapa waktu yang lalu saya terlibat dalam sebuah projek besar di kantor, yang menuntut waktu rata-rata 60 jam per minggu selama 2 tahun. Dalam puncaknya bahkan bisa lebih dari 80 jam seminggu, termasuk pekerjaan yang harus dilakukan selama Sabtu-Minggu.

Apa yang terjadi selama periode stress tersebut. Saya menjelma menjadi super human.

Selama periode 2 tahun tersebut, saya hampir tidak pernah sakit, meskipun kurang tidur dan makan seadanya. Kalaupun sampai sakit hanya terserang flu, dan hilang tanpa bekas dalam waktu 2 hari. Dalam periode yang sama saya juga berlatih dan mengikuti 3 marathon. Semuanya itu sambil membesarkan anak balita di rumah.

Terdengar mengesankan bukan? Tapi, sama seperti hal-hal lain, sesuatu hal yang berlebihan biasanya tidak baik. Kondisi super human selama 2 tahun yang saya jalankan memaksa badan untuk bekerja lebih, dan efeknya baru dirasakan setelah stress tersebut hilang.

Kalau dalam olah raga, hal pertama yang terjadi dalam latihan berlebih adalah cedera, atau menyebabkan cedera lama yang berulang. Dalam kasus saya, efek dari stress berlebih ini baru saya rasakan setelah projek yang saya kerjakan selesai. Beberapa hari setelah stress mereda, saya mulai merasakan alergi terhadap makanan yang sebelumnya baik-baik saja. Secara emosional juga saya lebih sensitif, dan menuntut lebih terhadap orang-orang yang bekerja dengan saya. Dan porsi latihan olah raga saya pun berkurang drastis, karena saya mudah merasa lelah.

Empat tahun setelah projek tersebut selesai, efek stress berlebih tersebut masih ada. Alergi yang dipicu makanan tersebut akan menjadi lebih parah ketika saya berada dalam kondisi stress seperti di awal bulan ini. Efek secara emosional sudah jau lebih baik, berkat meditasi yang saya jalankan sekitar 2 tahun yang lalu.

Stress, meskipun baik untuk tubuh dan pikiran, akan menjadi berbahaya apabila berlebihan. Mungkin kita tidak merasakannya ketika kita berada dalam kondisi stress tersebut. Tapi perlu diketahui bahwa dalam kondisi stress berlebihan, tubuh dan pikiran bekerja ekstra keras melebihi batas, sehingga jangan lupa untuk memberikan waktu recovery, dan makan makanan yang berguna untuk proses recovery.

Selamat berkarya.

4 thoughts on “Stress, The Benefit, and The Danger

  1. betul sekali, jika memang merasa kegiatan sehari-hari cukup membosankan harus menyisihkan minimal 1 bulan 2 kali untuk memanjakan diri atau jika perlu seminggu sekali dimana bisa membuat badan dan pikiran lebih rileks, saya pun begitu 🙂

Leave a Reply to Ben Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.