Harapan Terhadap Dewan Kopi Indonesia (DEKOPI)

Akhir pekan ini industri kopi Indonesia diramaikan oleh sebuah acara yang disebut Festival Kopi Nusantara di Intermark, BSD. Mungkin hanya perasaan saya saja kalau acara Festival Kopi Nusantara ini seperti kurang publikasi. Apalagi, dalam sususan acara Festival Kopi Nusantara ini terdapat agenda pencanangan hari kopi nusantara dan ikrar dari Dewan Kopi Indonesia (Dekopi). Agenda ini menurut saya cukup penting.

Terus terang, saya sedikit bertanya-tanya, apa lagi Dewan Kopi Indonesia ini? Apakah organisasi perkopian di Indonesia yang ada saat ini tidak cukup? Setelah menghadiri acara Festival Kopi Nusantara, saya melakukan riset kecil-kecilan tentang organisasi per-kopi-an tingkat nasional yang ada di Indonesia. Berikut ini adalah daftar yang saya dapatkan selama riset 30 menit, berikut dengan tujuan keberadaannya.

1. Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI, http://www.aeki-aice.org)

Sesuai namanya, fokus dari AEKI adalah pada ekspor kopi Indonesia. Dunia ekspor kopi, seperti ekspor produk pertanian lainnya, memang penuh dengan peraturan, dan mungkin juga proteksionisme dari negara importir. Untuk itu, AEKI bekerja erat dengan pemerintah Indonesia untuk memajukan ekspor kopi Indonesia

Hingga tahun 2011, setiap eksportir kopi wajib membayar iuran sebesar Rp. 30 per kg kopi yang di ekspor. Sejak tahun 2011, aturan ini dihapus

2. Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI, https://gaeki.or.id)

GAEKI merupakan organisasi kopi kedua di Indonesia yang berfokus pada ekspor. GAEKI dibentuk pada tahun 2011 oleh anggota AEKI yang merasa tidak puas dengan AEKI. Kalau secara sekilas saya melihat program-program GAEKI ini lebih tertuju pada petani kopi.

Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa AEKI dan GAEKI berkompetisi langsung dalam bekerja sama dengan pemerintah. Semoga kompetisi ini untuk arah yang lebih baik.

3. Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI, https://www.scai.or.id)

SCAI merupakan organisasi kopi yang menyerupai Specialty Coffee Association of America (SCAA), organisasi yang standard cupping-nya banyak diadopsi oleh pelaku industri. SCAA juga organisasi yang menyelenggarakan sertifikasi Q Grader, sertifikasi yang banyak dikejar oleh para pelaku kopi.

Fokus dari SCAI juga hampir mirip dengan SCAA, yaitu proses dari roasting hingga penyeduhan kopi. SCAI tidak terlalu banyak menyentuh petani atau proses paska produksi.

4. Barista Guild of Indonesia (BGI, http://baristaguildofindonesia.com)

Saya melihat BGI sebagai organisasi profesi untuk Barista, lini akhir dari persiapan kopi sebelum diminum. Oleh karena itu fokus dari BGI juga lebih pada pendidikan dan pelatihan barista. BGI juga banyak menyelenggarakan Barista Championship, dan ikut mempersiapkan wakil Indonesia untuk ikut serta pada World Barista Championship.

Observasi saya, kepengurusan organisasi ini diisi oleh mayoritas orang-orang yang lebih muda dibandingkan organisasi lainnya. Mungkin karena sebagian besar barista di Indonesia adalah anak-anak muda dibawah atau di awal usia 40 tahun

5. Sustainable Coffee Platform if Indonesia (SCOPI, http://www.scopi.or.id)

Secara sekilas SCOPI ini sepertinya adalah wadah kerjasama Pemerintah Indonesia dengan negara-negara lain yang memiliki kepentingan dengan industri kopi Indonesia. Fokus dari SCOPI lebih kepada proses penanaman dan pemeliharaan tanaman kopi yang lebih berkesinambungan.

Perkenalan saya dengan SCOPI terjadi pada acara Jakarta Coffee Week 2017 di Hype Pantai Indah Kapuk. Dalam acara ini, SCOPI mendatangkan koperasi dan petani kopi dari daerah dan memeprtemukan mereka dengan pemilik coffee shop dan roaster. Upaya ini terlihat cukup sukses, karena belum sampai hari terakhir, biji kopi mentah yang dibawa sudah pada ludes. Dan saya sendiri menemukan supplier biji kopi mentah yang masih berlanjut hingga saat ini.

Lalu?

Kembali ke pertanyaan awal, apakah organisasi per-kopi-an di Indonesia saat ini tidak cukup, sehingga dibutuhkan organisasi baru bernama Dewan Kopi Indonesia?

Ekspektasi saya dari sebuah organisasi baru seperti Dewan Kopi Nasional adalah peningkatan kesejahteraan petani kopi Indonesia. Dari semua kemajuan per-kopi-an Indonesia, rasanya petani kopi masih belum mendapatkan bagian yang adil. Mereka masih menjadi sekedar petani, yang menghasilkan buah kopi, dan dihargai dengan harga yang dibandingkan harga akhir biji kopi, masih tidak sebanding.

Kalau Dewan Kopi Indonesia bisa menyentuh aspek ini, dan meningkatkan kesejahteraan petani, maka Dewan Kopi Indonesia ini memang dibutuhkan. Sebaliknya, bisa saja Dewan Kopi Nasional hanya menjadi apa yang disebut oleh teman saya sesama penikmat kopi, sebuah organisasi mafia kopi yang dilegalkan.

Sementara itu, saya mau menyeduh dan menikmati secangkir kopi dulu, dari daerah Puntang, Jawa Barat, Indonesia.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.